Responsive Banner design
Home » » Begini Modus Prostitusi Terselubung di Bungo

Begini Modus Prostitusi Terselubung di Bungo

Begini Modus Prostitusi Terselubung di Bungo


TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Perkembangan Kabupaten Bungo yang relatif cepat dibandingkan daerah sekitar memunculkan berbagai fasilitas pendukung, seperti hotel, tempat penginapan maupun tempat hiburan. Kondisi ini tak menampik ikut tumbuh suburnya bisnis prostitusi. Para pelakunya pun bergerak dengan berbagai modus untuk memuluskan usaha mereka.
Dari penelusuran yang Tribun lakukan sampai pada sebuah modus yang dilakukan pelaku bisnis prostitusi dengan cara jemput di rumah kos. Aksi penjemputan ini bisa dilakukan setelah ada deal-deal sebelumnya.
Awalnya, modus ini terungkap dari sebuah rumas kos di bilangan Bungo Dani. Di tempat kos dengan belasan kamar ini, tinggal beberapa wanita muda tanpa pekerjaan yang jelas. Namun, mereka selalu tampil dengan dandanan menarik dan seksi.
Hampir setiap sore dan atau malam, terlihat pula satu doa orang yang berkali-kali datang ke tempat kos mereka. Begitu datang, pria yang menggunakan sepeda motor itu menunggu di teras kamar. Sesaat kemudian, si penghuni kos keluar dengan dandanan menarik. Biasanya, dengan berboncengan, mereka langsung entah kemana.
"Biasa. Deal dan jemput. Samo-samo tau lah," ujar sumber Tribun yang juga tinggal di kosan yang sama.
Rupanya, itu adalah modus prostitusi terselubung di Bungo. Mucikari atau Mami dari perempuan-perempuan muda itu bertugas mencari pelanggan. Begitu mendapat 'mangsa' dan cocok dengan selera si pemakai, orang khusus ditugaskan menjemput si gadis penghibur.
Sumber Tribun mengenalkan kepada tetangga kamar kosnya yang diduga berprofesi sebagai penghibur. Melalui mulutnya lah terungkap bahwa modus itu dianggap paling aman, nyaman, dan gampang.
"Yah gitu deh. Dengan cara begini kita gak perlu keluar dana apa pun. Paling buat kosmetik doang," ujar R wanita yang mengaku dari daerah Jawa Barat, Minggu (24/8) lalu.
Katanya, rumah kos telah dibayar si mucikari. Mereka ditempatkan di kosan yang sama bersama empat orang rekannya. Namun, di kosan ini mereka tak menunjukkan kalau saling kenal. Tujuannya agar pemilik kos tak curiga. Selain itu, uang kos mereka serahkan sendiri-sendiri. Mereka juga memilih kosan secara selektif dengan kategori khusus. Yakni kosan yang punya akses keluar masuk bebas 24 jam, penghuni saling cuek, namun berkelas.
"Cara begini juga lebih aman lah. Orang jadi gak tau juga kita ngapain," ujar lantas terkekeh. Wanita ini mengaku belum pernah menerima 'tamu' di kamar kos.
Saat dijemput kurir, biasanya ia tinggal menuju salah kamar hotel besar yang ada di Muara Bungo. Kamar itu sudah dibooking pria yang memakainya.
Lalu soal pembayaran, biasanya si pemesan membayar langsung kepada Mami. Ia mendapat jatah 60 persen dari harga yang disepakati Mami dan pelanggan.
"Tapi biasanya tips pasti ada dong. Lagian kalo udah saling kenal, berikutnya kan bisa langsung aja. Gak lewat Mami lagi," ujarnya sembari mengatakan juga sering diajak pergi ke luar kota.
Berapa tarif kencannya? "Emang situ mau bayar? Haha," lalu menyebut angka kisaran Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta untuk sekali kencan.
Modus yang sama terungkap dari sebuah rumah kos di bilangan Rimbo Tengah. Seperti R, mereka juga tidak perlu mangkal dan wara wiri di hotel atau tempat hiburan. Mereka hanya keluar dan kerja bila sudah ada perintah dari bos atau sang Mami.
Penuturan W, dirinya mengaku tak pernah kekurangan pelanggan. Meski tak kerja setiap hari, namun paling tidak ia pastikan punya kencan minimal 10 kali dalam satu bulan.
"Bos kita punya jaringan besar. Bukan hanya di Bungo tentunya. Lagian kalo sudah saling kenal kan bisa janjian sendiri," ujarnya.
Yang cukup menarik, W, mengaku pernah berkencan dengan tiga orang yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Hanya saja, mereka dilayani dalam waktu yang berbeda "Pernah. Sama ponaan, dan dua orang pamannya," ujarnya sembari menyebut orang yang cukup ternama.
Melalui bantuan seorang teman, Tribun berhasil bertemu sang Mami. Hanya saja ia tidak mau bicara sepatah kata pun soal bisnisnya.
Beda dengan sang tukang jemput. Ia mengaku tidak tahu siapa saja yang memesan. Ia hanya ditugasi mengantar ke tempat sesuai perintah yang diterima dari si bos.


sumber:tribun jambi

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

sponsor website


Powered by : pulsamantap.com
.
.